PERCOBAAN LABORATORIUM
JUDUL PRAKTIKUM : ANALISA KATION (LOGAM)
TANGGAL
PERCOBAAN : 26 November 2015
1.
LATAR BELAKANG
1.1.Definisi Kation
Menurut Vogel, (1990) ia menyatakan bahwa tujuan analisis
kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai
apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik, dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan
ini dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara yang tradisional untuk
menyajikan bahan, urut-urutan ini juga memudahkan dalam mempelajari
reaksi-reaksi. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita
katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan
kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kation
adalah ion yang bermuatan positif, kation dan anion merupakan penyusun suatu
senyawa sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara
sederhana dapat dilakukan dengan menganalisis jenis kation dan anion yang
dikandungnya. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfida, ammonium sulfide dan
ammonium karbonat. (Hamdani, 2012)
Definisi yang lain dinyatakan oleh Sutrisno
dan Listianti, (2014) beliau menyatakan bahwa kation adalah ion yang bermuatan
positif, ion akan bermuatan positif jika atom netral melepaskan sejumlah
elektron sehingga jumlah proton lebih bnyak dari jumlah elektron.
Dalam
analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur
kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk
suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-ion
pada golongan-golongan diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari
larutan dengan cara disaring atau diputar dengan centrifuga. Endapan dicuci
untuk membebaskan dari larutan pokok atau filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin
akan dipisahkan. (Cokrosarjiwanto,1977)
1.2.Kation Golongan II
Reagensia yang paling umum dipakai untuk klasifikasi kation
adalah HCl, H2S, (NH4)2S, (NH4)2CO3.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen
ini dengan membentuk endapan atau tidak. Klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfat dan karbonat dari
kation tersebut.
Kation golongan II terdiri dari kation Merkurium (II),
timbal (II), bismuth (III), Tembaga (II), Cadmium (II), Arsenic (III) dan (V),
Stibium (III), dan Timah (II). Reagensia golongan II adalah hidrogen sulfida
(gas atau larutan-air jenuh). Reaksi golongan berupa endapan-endapan dengan
berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam), Bi2S3 (coklat),
As2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2
(coklat) dan SnS2 (kuning). Kation-kation golongan II dibagi menjadi
2 sub golongan, yaitu sub. Golongan tembaga dan sub. golongan arsenic. Dasar
pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida sub. golongan
tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfida dari sub. golongan arsenic
melarut dengan membentuk garam tio ( Vogel, 1990 ).
Sub golongan
tembaga terdiri dari merkurium
(II), timbel
(II), bismuth (III),
tembaga (II) dan cadmium (II). Meskipun bagian terbesar ion
timbel (II) diendapkan dengan asam klorida
encer bersama ion-ion lain dalam kation golongan I, pengendapan ini agak kurang
sempurna disebabkan oleh kelarutan timbel (II)
klorida yang
relatif tinggi. Klorida, nitrat dan sulfat dari kation
kation sub golongan tembaga, sangat mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksi dan karbonatnya tak
larut. Beberapa kation dari sub golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II) dan cadmium (II) cenderung membentuk kompleks
(ammonia, ion sianida dst).
Sub golongan
arsenic terdiri dari ion arsenic (III), arsenic (V), stimbium (III), stimbium
(V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter, oksidanya
membentuk garam baik dengan asam manapun dengan basa. Jadi arsenic (III) oksida
dapat larut dalam asam klorida (6M) dan terbentuk kation arsenic (III)
As2O3
+ 6HCl → 2As3+ + 6Cl− + 3H2O
Disamping
itu arsenic(III)
oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2M) yang membentuk ion arsenic :
As2O3 + 6OH− →
2AsO33− + 3H2O
Golongan II di sebut juga golongan sulfide. kation golongan
yang dapat bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation Golongan II memilki ciri-ciri yaitu kation
golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Menurut Vogel, (1985)
beliau menyatakan bahwa kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida,
tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral
encer. Ion-ion golongan ini adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium,
Arsenik (II), Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III),
dan Timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam
yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A
tak dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan
2B justru dapat larut.
1.3.Penelitian Terdahulu Tentang Kation
Penelitian
terdahulu tentang kation merkuri dalam jurnal kesehatan Dewanti , Dkk., (2013) menyatakan
bahwa merkuri sangat beracun serta sangat korosif jika diserap ke dalam aliran
darah. Selain itu, merkuri dapat bergabung dengan protein dalam plasma,
sehingga merkuri juga dapat masuk ke organ tubuh lainnya. Efek kesehatan
merkuri organik yaitu gangguan syaraf, walaupun organ lain juga terlibat
seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, hati, immunitas, kulit dan ginjal.
Hati adalah organ utama dalam metabolisme merkuri (Hg), sehingga kerusakan hati
yang parah dapat terjadi. Studi sebelumnya telah mengungkapkan bahwa HgCl2
menyebabkan lesi histopatologi dan ultrastruktur dalam hati yang dibuktikan
oleh adanya degenerasi lemak dan nekrosis sel periportal hati tikus jantan.
Penelitian terdahulu
yang dilakukan untuk mengetahui gambaran
kadar Magnesium serum pada orang lanjut usia dengan rentang usia 60-74 tahun
(elderly). Menyatakan bahwa Magnesium merupakan kation keempat yang terpenting
di dalam tubuh setelah natrium, kalsium, dan kalium. Fungsi magnesium antara
lain pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein serta sintesis ATP
mitokondria. Sekitar 300 enzim diaktivasi oleh magnesium, termasuk glikolisis,
metabolisme oksidatif, serta transpor transmembran kalium dan kalsium. Pada orang
lanjut usia, kadar magnesium serum tergantung dari asupan makanan sehari-hari,
penyakit yang diderita, dan penggunaan obat-obatan. Malingkas, Dkk.,(2015)
Penelitian terdahulu oleh Siaka. Dkk., (2015) menyatakan bahwa pencemaran logam berat pada tanah dan masuknya
logam tersebut ke dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat
bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas merupakan ketersediaan sejumlah logam
yang dapat diserap oleh hayati (organisme dan tumbuhan) yang dapat menimbulkan
respon fisiologis atau toksik. Ketersediaan logam berat pada tanah atau
terserapnya logam berat ke dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat dari
tanah tersebut yaitu keasaman tanah, bahan organik, suhu, kadar unsur lain dan
lain-lain. Jika pH tanah rendah, ketersediaan beberapa logam berat di tanah
akan meningkat. Terserapnya beberapa logam berat ke tanaman juga dipengaruhi
oleh pH tanah yang rendah dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang tinggi.
Logam Pb dan Cd cenderung tidak akan larut dalam tanah jika pH tanah tidak
rendah (pH tanah basa). adanya logam Pb dalam tanah dapat disebabkan oleh
tingginya aktivitas transportasi kendaraan bermotor di jalan raya sekitar lokasi pengambilan sampel. Kendaraan
bermotor menghasilkan gas buangan yang mengandung bahan pencemar logam Pb.
Logam Pb di udara dapat turun hingga akhirnya terakumulasi di tanah. Logam Pb
dan Cd pada fraksi bioavailabel memiliki
ikatan yang lemah dalam tanah sehingga menyebabkan potensi ketersediaannya
dalam tanah mampu diserap oleh hayati (organisme dan tanaman).
2.
TUJUAN
Adapun tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi:
1. Kation Merkuri (Hg2+)
2. Kation Timbal (Pb2+)
3. Kation Kupri (Cu2+)
4. Kation Mangan (Mn2+)
5. Kation Nikel (Ni2+)
6. Kation Kobalt (Co2+)
7. Kation Kalsium (Ca2+)
8. Kation Barium (Ba2+)
9. Kation Magnesium (Mg2+)
3.
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Kation Merkuri (Hg2+)
Merkurium (raksa) adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu kamar, penghantar panas yang buruk, dan
dapat bereaksi dengan oksigen. Merkuri atau air raksa (Hg)
merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,6.
Unsur ini mudah membentuk campuran logam dengan logam-logam
yang lain seperti emas, perak, dan timah (disebut juga amalgam). Logam ini
banyak digunakan di laboratorium untuk pembuatan termometer, barometer, pompa
difusi dan alat-alat dan alat-alat elektronik lainnya. Kegunaan lainnya adalah
dalam membuat pestisida, soda kaustik, produksi klor, gigi buatan, baterai dan
katalis, digunakan juga pada berbagai aplikasi
seperti amalgam gigi, sebagai fungisida, dan beberapa penggunaan industri
termasuk untuk proses penambangan emas.
Bentuk racun dari air
raksa pada proses masuk pada tubuh manusia adalah methyl mercury (CH3Hg+
dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, partikel mercuric
khlor (HgCl2). Methyl mercury dapat dibentuk oleh bakteri pada
endapan dan air yang bersifat asam. Ion merkuri anorganik adalah bersifat racun
akut. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh
manusia tetapi persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali
lebih lama merkuri berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya
otak, gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).
3.2.Kation (Pb2+)
Timbal adalah unsur kelima
kolom keempat belas dalam tabel periodik. Atom Timbal memiliki 82 elektron dan
82 proton dengan 4 elektron valensi di kulit terluar. Berbentuk padat pada suhu
kamar. Timbal berasal dari kata Anglo-Saxon untuk logam yang telah digunakan
dan diketahui tentang sejak zaman kuno. Simbol Pb berasal dari kata Latin untuk
timbal, “plumbum.” Bangsa Romawi menggunakan timbal untuk membuat pipa.
Dalam kondisi standar Timbal
adalah logam keperakan yang lembut dengan warna kebiru-biruan. Timbal menjadi
abu-abu gelap setelah bersentuhan dengan udara. Logam Timbal sangat lunak
(dapat dipotong menjadi lembaran tipis) dan elastis (dapat ditarik menjadi
kawat panjang). Timbal adalah konduktor listrik yang buruk bila dibandingkan
dengan logam lain. Timbal dapat ditemukan di lapisan kulit bumi dalam bentuk
bebas, tetapi sebagian besar ditemukan dalam bijih dengan logam lain seperti
seng, perak, dan tembaga. Kebanyakan Timbal yang diproduksi saat ini digunakan
dalam baterai. Jenis baterai yang digunakan dalam mobil karena biaya murah dan
berdaya tinggi.timbal banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena sifat
timbal yang tahan terhadap korosi, memiliki kepadatan tinggi, dan relatif
murah, Timbal juga digunakan dalam aplikasi air, seperti digunakan sebagai
ballast untuk perahu layar. Aplikasi lain yang menggunakan timbal termasuk
bahan atap, elektrolisis, patung, solder untuk elektronik, dan amunisi. Timbal
juga bersifat racun bagi banyak organ tubuh termasuk jantung, ginjal, dan usus.
Terlalu banyak timbal dapat menyebabkan sakit kepala, kebingungan, kejang, dan
bahkan kematian. Keracunan timbal sangat berbahaya pada anak-anak. Salah satu
penyebab utama keracunan timbal adalah timbal dalam cat.
3.3.Kation kupri (Cu2+)
Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat
di tempa, dan liat.Ia melebur pada 1038oC. Karena potensial
electrode standarnya positif, ia tak larut dalam asam klorida dan asamsulfat
encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bias larut sedikit. Asam nitrat yang
sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembagaTembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel priodik yang memiliki lambang Cu
dan nomer atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa latin Cuprum. Tembaga
merupakan konduktor panas dan listrik yang
baik. Selain itu unsur ini memiliki korosi
yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan
berwarna jingga kemerahan. Ion Tembaga (II) dapat berlarut ke dalam air, dimana
fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri, fungisi, dan bahan tambahan kayu.
Dalam konsentrasi tinggi maka tembaga akan bersifat racun, tapi dalam jumlah
sedikit tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia dan tanaman
tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian hati,
otak, usus, jantung, dan ginjal.
Tembaga adalah salah satu
logam yang sangat penting dan berperan besar dalam sejaran manusia dan termasuk
logam yang pertama kali ditamban. Tembaga sudah digunakan sejak 10.000 tahun
yang lalu. Sebuah kalung tembaga yang ditemukan di Irak diperkirakan
dibuat pada masa 9500 SM.
Tembaga (Cuprum) memperoleh
namanya dari bahasa Latin, Cyprium, yang berasal dari nama pulau Siprus di mana ia
pertama kali dihasilkan. Cyprium kemudia disingkat menjadi Cuprum.
Tembaga berperan besar dalam
peradaban manusia terutama pada Zaman
Perunggu (3000-1000 SM). Pada masa tersebut tembaga dipadukan dengan timah
menjadi perunggu. Perunggu kemudian diolah menjadi berbagai macam perlatan,
senjata, koin, instrumen musik dan perhiasan
Tembaga disintesis pada
bintang masif
dan ada di kerak bumi dengan konsentrasi 50 bagian per juta (ppm), atau dapat
juga dalam bentuk tembaga native atau mineral
dalam bentuk tembaga sulfida kalkopirit dan kalkosit, tembaga karbonat azurit dan malasit dan
mineral tembaga (I) oksida kuprit.
3.4.Kation Mangan (Mn2+)
Mangan merupakan logam
keras berwarna abu-abu merah muda, memiliki lambang Mn dan nomor
atom 25,
yang penampilannya serupa besi-tuang. Ia melebur pada 1250ºC, ia bereaksi dengan air hangat membentuk mangan
(II) hidroksida dan hidrogen. Mangan dapat
diidentifikasi dengan mengoksidasi Mn2+ menjadi MnO4-
yang berwarna ungu dengan natrium bismutat (NaBiO3) dalam asam
nitrat.
Mangan merupakan salah
satu logam yang paling melimpah di tanah yang terutama berbentuk senyawa oksida
dan hidroksida. Mangan sangat penting pada produksi besi dan baja. Industri
baja tercacat menggunakan sekitar 85% sampai 90% total produksi mangan. Logam
ini sulit mencair, tapi mudah teroksidasi. Mangan murni bersifat amat reaktif
dan dalam bentuk bubuk akan terbakar dengan oksigen, serta larut dalam asam
encer.
penyerapan mangan oleh
manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti bayam, teh, dan
rempah-rempah. Bahan makanan lain yang mengandung konsentrasi tinggi mangan
adalah biji-bijian dan beras, kacang kedelai, telur, minyak zaitun, kacang
hijau, dan tiram.
Dalam tubuh, mangan
akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin.
Efek kelebihan mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak.
Gejala keracunan mangan meliputi halusinasi, mudah lupa, dan kerusakan saraf.
Mangan juga dapat menyebabkan Parkinson, emboli paru, dan bronkitis. Pria yang
terpapar mangan dalam jangka waktu lama berpotensi menjadi impoten. Senyawa
mangan terdapat secara alami di lingkungan sebagai padatan dalam tanah,
partikel kecil di dalam air, serta partikel debu di udara. Tes laboratorium
pada hewan menunjukkan bahwa keracunan mangan parah dapat menyebabkan
perkembangan tumor.
3.5.Kation Nikel (Ni2+)
Nikel adalah unsur
kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom
28. Nikel berupa logam putih perak yang keras. Nikel bersifat
liat, dapat ditempah dan sangat
kukuh. Logam ini melebur pada 1455ºC, dan bersifat sedikit magnetis. Asam klorida (encer
maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkan nikel dengan membentuk hydrogen.
Nikel mempunyai sifat tahan
karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel)
yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak),
ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Nikel ditemukan oleh
Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya kupernickel (nikolit).
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh
secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah
daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya
ditemukan di Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia.
3.6.Kation Kobalt (Co2+)
Kobalt adalah suatu unsur
kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Co dan nomor
atom 27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan
dalam bentuk campuran di alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan
reduktif, kobalt merupakan logam berwarna abu-abu perak yang keras dan
berkilau. unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup
kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Kobalt Ditemukan oleh Brandt pada tahun
1735.
Unsur ini aktif secara kimia
dan mampu membentuk banyak senyawa, bersifat
sedikit magnetis. Ia melebur pada 1490ºC. Kobalt stabil di
udara dan tidak terpengaruh oleh air, namun perlahan-lahan larut oleh asam
encer.
Sebagian besar cadangan
kobalt terdapat di inti bumi. Kobalt memiliki kelimpahan relatif rendah dalam
kerak bumi dan di perairan. Kobalt digunakan dalam berbagai paduan logam, pada media
perekaman magnetik, sebagai katalis untuk minyak bumi dan industri kimia, serta
sebagai agen pengering untuk cat dan tinta. Konsentrasi tinggi kobalt yang
terhirup melalui udara bisa menimbulkan berbagai keluhan seperti asma dan
pneumonia. Hal ini terutama terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan
kobalt.
3.7.Kation Kalsium (Ca2+)
Kalsium adalah sebuah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomer atom 20. Mempunyai massa atom 40.078 amu.
Kalsium merupakan salah satu logam alkali tanah,
dan merupakan elemen terabaikan kelima terbanyak di bumi. Kalsium juga
merupakan ion terabaikan kelima terbanyak di air
laut dilihat dari segi molaritas dan
massanya, setelah natrium,
klorida,
magnesium,
dan sulfat.
Kalsium adalah mineral
yang amat penting bagi manusia,
antara lain bagi metabolisme
tubuh, penghubung antar saraf,
kerja jantung,
dan pergerakan otot.
Kalsium logam pertama
kali diisolasi oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1808 melalui elektrolisis dari
campuran kapur (CaO) dan oksida merkuri (HgO). Saat ini, kalsium logam
diperoleh dengan menggusur atom kalsium dalam kapur dengan atom aluminium dalam
wadah panas, tekanan rendah. Sekitar 4,2% dari kerak bumi terdiri dari kalsium.
Kalsium merupakan logam yang
paling berlimpah dalam tubuh manusia dan merupakan unsur utama tulang dan gigi.
Kalsium sering ditemukan dalam susu dan produk susu, serta dalam sayuran dan
kacang-kacangan.
3.8.Kation Barium (Ba2+)
Barium adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ba dan nomor atom
56. Contoh kristal yang dihasilkan Barium antara lain Barium sulfat(BaSO4)
dan contoh basa
yang mengandung Barium antara lain Barium hidroksida
(Ba(OH)2)
Barium adalah logam putih berwarna perak yang ditemukan
di alam. Senyawa barium dapat diproduksi oleh industri,
seperti industri minyak
dan gas untuk membuat
lumpur
pengeboran. Barium juga digunakan untuk membuat cat, batu bata,
ubin, kaca, dan karet dari barium sulfat. Selain itu,
barium digunakan oleh dokter dalam melakukan tes medis dan pengambilan foto sinar-x. Barium
masuk ke dalam udara selama proses pertambangan,
pemurnian, produksi senyawa barium, dan dari pembakaran batubara serta minyak.
Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.
Barium pertama kali
diisolasi oleh Sir Humphry Davy, seorang ahli kimia Inggris, pada tahun 1808
melalui elektrolisis Baryta cair (BaO). Barium tidak pernah ditemukan bebas di
alam karena bereaksi dengan oksigen di udara, membentuk barium oksida (BaO),
dan dengan air, membentuk barium hidroksida (Ba(OH) 2) dan gas
hidrogen (H2). Barium ini paling sering ditemukan sebagai barit
mineral (BaSO4) dan witherite (BaCO3) dan terutama
diproduksi melalui elektrolisis barium klorida (BaCl2).
3.9.Kation Magnesium (Mg2+)
Magnesium adalah unsur
kimia dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Mg dan nomor
atom 12 serta berat
atom 24,31. Magnesium adalah elemen
terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit
bumi, serta merupakan unsur terlarut ketiga
terbanyak pada air
laut. Logam alkali tanah
ini terutama digunakan sebagai zat campuran (alloy)
untuk membuat campuran alumunium-magnesium
yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".
Magnesium pertama kali
diisolasi oleh Sir Humphry Davy, seorang ahli kimia Inggris, melalui
elektrolisis dari campuran magnesium oksida (MgO) dan oksida merkuri (HgO) pada
tahun 1808.
Magnesium memiliki banyak
kegunaan sebagai pembuat struktur ringan seperti dalam pesawat dan konstruksi
rudal. Kegunaan lain magnesium meliputi untuk membuang sulfur dari besi dan
baja, membuat pelat photoengraved dalam industri percetakan, agen reduktor
untuk produksi uranium murni dan logam lainnya dari garamnya, serta piroteknik.
Magnesium diperlukan oleh tubuh, dan bnya ditemukan dalam tulang. Magnesium
juga membantu mengawal kadar gula dalam darah dan tekanan darah, serta membantu
dalam metabolisme tenaga dan proses sintesis protein. Oleh sebab itu Magnesium
dapat mencegah terjadinya masalah tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular
dan kencing manis.
4.
ALAT DAN BAHAN
4.1.Alat
No
|
Nama
Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Pipet tetes
|
-
|
2
|
2
|
Tabung reaksi
|
15 ml
|
18
|
3
|
Penjepit tabung
|
-
|
1
|
4
|
Pembakar spritus
|
-
|
1
|
4.2.Bahan
No
|
Nama
Bahan
|
Ukuran
|
Keterangan
|
1
|
MgCl2
|
1 ml
|
Irritant
|
2
|
NaOH
|
1 ml
|
Korosif
|
3
|
Pb(NO3)2
|
1 ml
|
Toxic
|
4
|
K2CrO4
|
1 ml
|
Toxic, berbahaya bagi
lingkungan
|
5
|
Hg2(NO3)2
|
1 ml
|
Toxic
|
6
|
(NH4)2CO3
|
1 ml
|
Irritant
|
7
|
HCl
|
1 ml
|
Korosif
|
8
|
MnSO4
|
1 ml
|
Harmful
|
9
|
Ba(NO3)2
|
1 ml
|
Harmful, oxidizing
|
10
|
CoCl2
|
1 ml
|
Toxic, berbahaya bagi
lingkungan
|
11
|
H2SO4
|
1 ml
|
Korosif
|
12
|
KI
|
1 ml
|
Irritant
|
13
|
CuSO4
|
1 ml
|
Harmful, berbahaya
bagi lingkungan
|
14
|
NiSO4
|
1 ml
|
Harmful
|
15
|
H2C2O4
|
1 ml
|
Harmful
|
16
|
KOH
|
1 ml
|
Korosif
|
17
|
Na2CO3
|
1 ml
|
Irritant
|
18
|
NaCl
|
1 ml
|
Irritant
|
19
|
CaCl2
|
1 ml
|
Irritant
|
5.
Prosedur Kerja dan Pengamatan
No
|
Prosedur kerja
|
Reaksi
|
1
a
|
Merkuri (Hg2+) dipakai
larutan Hg2(NO3)2
Ditambahkan larutan alkali karbonat (Na2CO3),
maka akan terjadi endapan putih dari merkuri karbonat . endapan ini kemudian
berubah menjadi abu-abu disebabkan oleh terbentuknya HgO dan Hg.
|
Hg2(NO3)2
+ Na2CO3
→
NaNO3 + Hg2CO3
|
b
|
Ditambahkan larutan alkali hidroksida
(NaOH), maka akan terjadi endapan hitam dari merkuri hidroksida.
|
2NaOH + Hg2(NO3)2 → Hg2(OH)2 + 2NaNO3
|
2
a
|
Timbal (Pb2+) dipakai
larutan Pb(NO3)2
Ditambahkan asam klorida atau garam
klorida, maka terbentuk endapan putih timbal klorida. Endapan ini sukar larut
dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas.
|
Pb(NO3)2 +
2
HCl→ PbCl2
+ 2HNO3
|
b
|
Ditambahkan larutan kalium iodida,
maka akan terjadi endapan kuning timbal iodida. Dipanaskan dan diamati apa
yang terjadi.
|
Pb(NO3)2 + 2KI →
PbI2 + 2KNO3
|
3
a
|
Kupri (Cu2+) dipakai
larutan CuSO4
Ditambahkan larutan alkali hidroksida,
maka akan terjadi endapan biru dari kupri hidroksida. Dipanasi maka endapan
berubah menjadi hitam daru kupri oksida.
|
NaOH+CuSO4 → Na2SO4+ Cu(OH)2
|
b
|
Ditambahkan larutan Na2CO3
maka akan terjadi endapan Cu(CO3)2
|
(Na)2CO3+CuSO4→
(Na)2SO4+
Cu(CO3)2
|
4
A
|
Mangan (Mn2+) dipakai
larutan MnSO4
Ditambahkan larutan KOH, maka akan
terbentuk endapan putih Mn(OH)2, yang akan berubah menjadi warna
coklat karena dipengaruhi oleh udara.
|
MnSO4 + KOH → Mn(OH)2 + K2SO4 |
b
|
Ditambahkan larutan natrium karbonat,
maka akan terjadi endapan putih MnCO3. Jika dipanasi, oleh
pengaruh udara akan menjadi MnO2.
|
MnSO4+
Na2CO3
→
MnCO2 + Na2SO4
|
5
a
|
Nikel (Ni2+) dipakai
larutan NiSO4
Ditambahkan larutan NaOH, maka akan terjadi
endapan hijau dari nikel hidroksida.
|
NiSO4 + NaOH → NiOH + NaSO4
|
b
|
Ditambahkan larutan amonium karbonat,
maka akan terjadi endapan hijau dari garam basa. Endapan larut dalam pereaksi
berlebihan.
|
NiSO4 + (NH4)2CO3 →
Ni2CO3
+ (NH4)2SO4
|
6
a
|
Kobalt (Co2+) dipakai
larutan CoCl2
Ditambahkan larutan NaOH dalam keadaan
dingin, maka akan terbentuk endapan biru dari garam basa. Jika dipanasi, akan
terbentuk kobalt hidrosida.
|
2NaOH
+ CoCl2 → 2NaCl
+ Co(OH)2
|
b
|
Ditambahkan larutan natrium karbonat,
maka akan terjadi endapan merah dari garam basanya.
|
Na2CO3 + CoCl2 →
2NaCl + CoCO3
|
7
a
|
Kalsium (Ca2+) dipakai
larutan CaCl2
Ditambahkan larutan amonium karbonat,
maka akan terjadi endapan CaCO3. Dipanasi akan menjadi kristalin.
|
(NH4)2CO3+
CaCl2
→ CaCO3 +
2NH4Cl
|
b
|
Ditambahkan larutan ammonium oksalat,
maka dalam larutan yang dibuat alkalis dengan NH4Cl dan NH4OH,
akan terjadi endapan kalsium oksalat.
|
CaCl2 + H2C2O4 → CaC2O4 + HCl
|
8
a
|
Barium (Ba2+) dipakai
larutan Ba(NO3)2
Ditambahkan larutan kalium kromat,
maka akan terjadi endapan kuningg dari barium kromat
|
K2CrO4+Ba(NO3)2
→ 2KNO3 +
BaCrO4
|
b
|
Ditambahkan larutan asam sulfat encer,
maka akan terbentuk endapan putih dari barium sulfat.
|
Ba(NO3)2 +H2SO4 → BaSO4(s) + 2HNO3
|
9
a
|
Magnesium (Mg2+) dipakai
larutan MgCl2
Ditambahkan larutan NaOH, maka akan
terbentuk endapan putih dari magnesium hidroksida.
|
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2 + 2NaCl
|
b
|
Ditambahkan larutan ammonium karbonat,
maka akan terbentuk endapan putih dari garam basa.
|
MgCl2 +
(NH4)2CO3 →
MgCO3 + 2NH4Cl
|
6.
PEMBAHASAN
6.1.kation merkuri (Hg2+)
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan pada identifiasi kation merkuri, sampel yang digunakan
adalah larutan Hg2(NO3)2 sebanyak 1 ml. Pada
tabung pertama yaitu identifikasi dengan penambahan larutan alkali karbonat
sebanayak 1 ml, pada penambahan ini endapan yang dihasilkan berwarna putih
keabu-abuan yaitu endapan merkuri karbonat. Tetapi setelah dilakukan pengamatan
tidak terbentuk endapan dan larutan masih tetap tidak berwarna. Pada tabung
kedua yaitu identifikasi menggunakan larutan alkali hidroksida sebanyak 1 ml
dan menghasilkan endapan berwarna kuning. Hal ini juga tidak sesuai dengan yang
tercantum pada penuntun Kimia Analitik I, yang menyatakan bahwa penambahan
alkali hidroksida pada kation merkuri dapat menghasilkan endapan berwarna hitam
yaitu endapan merkuri hidroksida. kemungkinan hal ini dapat terjadi karena
larutan sampel yang digunakan sudah lama dan terkontaminasi dengan zat pengotor
sehingga hasil reaksi yang dihasilkan tidak tepat. Endapan yang dihasilkan pada
identifikasi kation merkuri ini menandakan bahwa pada larutan sampel terdapat
kation merkuri (Hg2+).
Identifikasi adanya
kation Hg yang diserap oleh darah dapat berefek pada kesehatan dan dapat
menyebabkan gangguan pada saraf, sistem pernapasan, hati, immmunitis, kulit,
dan ginjal. Hati adalah organ utama dalam
metabolisme merkuri (Hg), sehingga kerusakan hati yang parah dapat terjadi.
Pernyataan ini dinyatakan dalam jurnal kesehatan tentang hubungan paparan merkuri (Hg) dengan kejadian
gangguan fungsi hati pada pekerja tambang emas di Wonogiri oleh Dewanti,
dkk.,(2013).
6.2.Kation Timbal (Pb2+)
Pada percobaan
identifikasi kation timbal, sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah Pb(NO3)2
larutan tidak berwarna. Sampel dimasukkan pada 2 tabung masing-masing sebanyak
1 ml. Pada tabung pertama kation timbal diidentifikasi dengan larutan HCl atau
bisa juga digunakan larutan NaCl yang ditambahkan ke dalam tabung sebanyak 1 ml.
Adanya kation timbal pada larutan sampel ditandai dengan reaksi yang
menghasilkan endapan berwarna putih timbal klorida (PbCl2).
Pada tabung kedua diidentifikasi dengan penambahan larutan KI berwarna kuning
sebanyak 1 ml, penambahan ini menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian
campuran tersebut dipanaskan untuk mendapatkan hasil endapan. Endapan yang
terbentuk adalah endapan timbal iodida berwarna kuning. Hal ini menandakan bahwa
pada larutan sampel tersebut terdapat kation timbal.
Identifikasi
kation logam timbal juga diteliti oleh ,(2015) dalam Jurnal Kimia, tentang bioavailabilitas dan spesiasi logam
berat Pb dan Cd pada tanah pertanian basah dan kering di daerah Denpasar
menyatakan bahwa Hasil penentuan konsentrasi logam Pb dan Cd total menunjukkan
bahwa konsentrasi Pb total dalam tanah pertanian basah di kedua lokasi
pengambilan sampel lebih tinggi dari pada dalam tanah pertanian kering. Adanya
logam Pb di dalam tanah pertanian dapat diakibatkan karena dilakukannya
pemupukan terus menerus. Hal ini didukung oleh penelitian Charlena, (2004) yang
menyatakan bahwa petani di Indonesia menggunakan pupuk posfat yang mengandung
Pb sekitar 5-156 ppm. Selain pupuk, adanya logam Pb dalam tanah dapat
disebabkan oleh tingginya aktivitas transportasi kendaraan bermotor di jalan
raya sekitar lokasi pengambilan sampel. Kendaraan bermotor menghasilkan gas
buangan yang mengandung bahan pencemar logam Pb. Logam Pb di udara dapat turun
hingga akhirnya terakumulasi di tanah. Dengan mengetahui fraksi bioavailabel Pb
dan Cd dalam tanah pertanian kering dan basah di daerah Peguyangan dan Kesiman
dapat diperkirakan banyaknya logam berat Pb atau Cd yang dapat terserap ke
dalam tanaman yang tumbuh di tanah pertanian tersebut. Bioavailabilitas logam
dalam tanah pertanian basah di kedua lokasi lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah pertanian kering.
6.3.Kation Kupri (Cu2+)
Percobaan tentang
identifikasi kation kupri, sampel yang digunakan adalah larutan CuSO4
larutan berwarna biru yang bersifat berbahaya bagi lingkungan. Dimasukkan
sampel yang digunakan ke dalam 2 tabung sebanyak 1 ml, kemudian pada tabung
pertama diidentifikasikan dengan penambahan larutan alkali hidroksida sebanyak
1 ml, maka menghasilkan endapan berwarna biru dari kupri hidroksida. Lalu
dipanasi larutan tersebut maka endapan biru yang telah dihasilkan berubah
menjadi hitam menandakan bahwa terbentuknya endapan kupri oksida. Identifikasi
kation kupri pada tabung 2 yaitu dengan penambahan larutan natrium karbonat
sebanyak 1 ml maka akan terbentuk endapan Cu(CO3)3 yaitu
endapan yang berwarna putih pada larutan yang berwarna biru. Endapan yang
terbentuk menandakan bahwa pada sampel tersebut terdapat kation kupri (Cu2+)
6.4.Kation Mangan (Mn2+)
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan tentang identifikasi adanya kation mangan pada sampel yang
digunakan dengan penambahan larutan kalium hidroksida dan penambahan dengan
larutan natrium karbonat. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan
MnSO4. Pada percobaan ini mula-mula dimasukkan sampel sebanyak 1 ml
kedalam 2 tabung. Pada tabung pertama identifikasi dilakukan dengan penambahan
larutan KOH sebanyak 1 ml. Pada penambahan larutan ini dihasilkan endapan
berwarna putih yang bila dipengaruhi oleh udara akan berubah warna menjadi
coklat. Endapan yang terbentuk tersebut adalah Mn(OH)2. Terbentuknya
endapan tersebut menandakan bahwa pada sambel terdapat kation Mn2+.
Pada tabung kedua kation mangan diidentifikasi dengan penambahan natrium
karbonat, maka akan terbentuk endapan putih dari MnCO3 yang jika
dipanasi akan menjadi MnO2 karena dipengaruhi oleh udara.
6.5.Kation Nikel (Ni2+)
Berdasarkan praktikum
yang dilakukan tentang identifikasi
kation nikel, dapat diamati bahwa kation nikel dapat diidentifikasi
dengan penambahan larutan natrium hidroksida dan penambahan larutan ammonium karbonat. Pada percobaan ini
sampel yang digunakan adalah larutan NiSO4. Pada tabung pertama
dimasukkan sampel sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan 1 ml larutan NaOH, maka
terbentuk endapan hijau dari nikel hidroksida. Pada tabung kedua identifikasi
dengan penambahan larutan ammonium karbonat sebanyak 1 ml, maka akan terbentuk
endapan berwarna hijau dari garam basa dan endapan tersebut akan melarut dalam
pereaksi yang berlebih. Pada pengamatan tidak terbentuk endapan hijau, hal ini
mungkin disebabkan oleh tidak telitinya pengamat dalam melakukan pengukuran
pada larutan yang akan ditambahkan sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai.
6.6.Kation Kobalt (Co2+)
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan untuk identifikasi kation kobalt pada sampel. Sampel yang
digunakan pada percobaan identifikasi kobalt ini adalah larutan CoCl2.
Pada identifikasi kation kobalt pada tabung pertama diidentikasi dengan
penambahan larutan NaOH sebanyak 1 ml, maka akan terbentuk endapan berwarna
biru dari garam basa, dan jika larutan ini dipanasi maka akan terbentuk endapan
kobalt hidroksida. Pada pengamatan larutan yang dihasilkan tidak berwarna dan
tidak terbentuk endapan. Pada tabung kedua diidentikasi sampel dengan cara
ditambahkan larutan natrium karbonat sebanyak 1 ml, maka akan terjadi endapan
merah dari garam basanya. Dari hasil pengamatan endapanyang dihasilkan tidak
berwarna tetapi terbentuk endapan berwarna kecoklatan. Hal ini terjadi karna
mungkin sampel yang digunakan telah terkontaminasi dengan zat pengotor lainnya
atau pun pipet tetes yang digunakan secara bergantian juga dapat menyebabkan
gagalnya pengamat dalam mendapatkan hasil yang sesuai.
6.7.Kation Kalsium (Ca2+)
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan untuk identifikasi kation kalsium dengan menggunakan
sampel CaCl2. Pada tabung pertama kation kalsium diidentifikasi
dengan penambahan ammonium karbonat sebanya 1 ml, maka akan terbentuk endapan
kasium karbonat berwarna putih yang jika dipanasi akan terbentuk kristalin.
Terbentuknya endapan tersebut menandakan bahwa pada sampel terdapat kation
kalsium. Pada tabung kedua diidentifikasi kation kalsium pada sampel denagn
cara menanbahkan larutan ammonium oksalat sebanyak 1 ml. Dari penambahan
tersebut terbentuk endapan kalsium oksalat yaitu endapan berwarna putih yang
menandakan adanya kation kalsium pada sampel yang digunakan tersebut.
6.8.Kation Barium (Ba2+)
Pada percobaan
identifikasi kation barium, sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah
larutan Ba(NO3)2. Sampel dimasukkan masing-masing sebanyak
1 ml pada 2 tabung. Pada tabung pertama identifikasi kation barium pada sampel dilakukan dengan
menambahkan larutan kalium kromat sebanyak 1 ml, maka dihasilkan larutan kalium
nitrat dan terbentuk endapan berwarna kuning dari barium kromat. Hal ini jelas
bahwa pada sampel terdapat kation barium. Pada tabung kedua, sampel
diidentifikasi dengan penambahan larutan asam sulfat encer sebanyak 1 ml, dari
penambahan ini terbentuklah endapan berwarna putih dari barium sulfat.
Terbentuknya endapan putih tersebut menandakan bahwa pada sampel terdapat
kation barium.
6.9.Kation Magnesium (Mg2+)
Analisa kation
magnesium pada percobaan ini dilakukan dengan penambahan larutan natrium
hidroksida dan larutan ammonium karbonat pada sampel. Sampel yang digunakan
pada percobaan ini adalah larutan MgCl2. Pada tabung 1 yaitu 1 ml
larutan sampel lalu ditambahkan dengan 1 ml larutan natrium hidroksida, endapan
yang dihasilkan endapan putih dari magnesium hidroksida. Pada pengamatan
endapan yang dihasilkan kurang dapat diamati karna endapan yang dihasilkan
berjumlah sedikit. Pada tabung kedua yaitu 1 ml larutan sampel ditambahkan
dengan larutan ammonium karbonat sebanyak 1 ml, maka terbentuk endapan putih
dari garam basanya. Pada pengamatan tidak terbentuk endapan, hanya dihasilkan
larutan tidak berwarna. Kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian
praktikan dalam mereaksikan larutan sehingga hasil yang didapat kurang sesuai.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Malingkas,(2015) dalam jurnalnya ia menyatakan bahwa dari 26 sampel yang diteliti, sebagian besar
atau sebanyak 92,3% memiliki gambaran kadar magnesium serum dalam batas normal
yaitu diantara 1,70-1,43 mg/dL. Pada penelitian ini peneliti menganalisa
pengaruh kadar magnesium dalam tubuh pada usia lanjut terhadap penyakit
hipomagnesemia. hipomagnesimia pada penelitian ini mungkin dapat diakibatkan karena
asupan magnesium yang tidak memadai dalam makanan sehari-hari. Penyakit yang
berkaitan dengan tingginya kejadian hipomagnesemia diantaranya penyakit
kardiovaskuler (hipertensi, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner),
diabetes, diare, penggunaan obat diuretik, hipokalemia, hipokalsemia, dan
malabsorpsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertera pada tinjauan
pustaka, bahwa magnesium dibutuhkan oleh tubuh dan dapat mencegah kenaikan gula
darah.
7.
PENUTUP
7.1.Kesimpulan
1. Larutan Hg2NO3
diuji dengan larutan alkali karbonat tidak menghasilkan endapan, pada pengujian
dengan larutan alkali hidroksida menghasilkan endapan kuning.
2. Uji adanya kation timbal pada penambahan
larutan asam klorida menghasilkan endapan putih, pada penambahan larutan kalium
iodida menghasilkan endapan kuning.
3. Analisa kation kupri dalam CuSO4
dengan penambahan larutan alkali hidroksida menghasilkan endapan biru, pada
penambahan larutan natrium karbonat menghasilkan endapan putih.
4. Analisa kation mangan dalam MnSO4 dengan
penambahan KOH menghasilkan endapan putih jika dipengaruhi oleh udara menjadi
coklat. Pada penambahan natrium karbonat menghasilkan endapan putih.
5. Larutan
NiSO4 diuji dengan penambahan NaOH akan terbentuk endapan
biru, pada penambahan dengan larutan (NH4)2CO3 terbentuk endapan putih.
6. Analisa kation kobalt dalam sampel CoCl2
dengan penambahan larutan NaOH tidak menghasilkan endapan, pada penambahan
larutan natrium karbonat menghasilkan endapan kecoklatan.
7. Analisa kation kalsium dalam sampel CaCl2
diuji dengan penambahan (NH4)2CO3
terbentuk endapan putih, sampel dengan penambahan H2C2H4
terbentuk endapan putih.
8. Analisa kation barium dalam sampel Ba(NO3)2
dengan penambahan K2CrO4 terbentuk endapan kuning. Sampel
dengan penambahan larutan HCl terbentuk endapan putih.
9. Analisa kation dalam sampel MgCl2 dengan
penambahan NaOH maka terbentuk sedikit endapan putih, pada penambahan (NH4)2CO3
tidak terbentuk endapan karena kesalahan pada praktikum.
7.2.Saran
1. Disarankan agar memastikan kebersihan
alat-alat yang akan digunakan pada praktikum, seperti pipet tetes yang
digunakan secara bergantian antara larutan satu dengan larutan lainnya dapat
mengkontaminasi larutan yang akan digunakan, sehingga hasil yang didapatkan
tidak tepat.
2. Disarankan pula agar dapat mengunakan
waktu secara efesien, agar pengamatan yang dilakukan selesai dalam sekali
pertemuan.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Charlena, 2004, Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan
Cadmium (Cd) pada Sayur Sayuran, Bogor : Program Pasca Sarjana/S3/IPB
Cokrosarjiwanto.,1997. Kimia Analitik Kualitatif I.
Yogyakarta : UNY Press.
Dewanti.N.A.Y.,Setiani.O., dan Nurjazuli, 2013, Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, Hubungan Paparan Merkuri (Hg) dengan
Kejadian Gangguan Fungsi Hati pada Pekerja Tambang Emas di Wonogiri, volume 12,
nomor 1, halaman 65-69
Malingkas,C.V., Paruntu.E.M., Assa.Y.A.,2015,
Jurnal E-Biomedik (Ebm), Gambaran
Kadar Magnesium Serum pada Orang Lanjut Usia dengan Umur 60-74 Tahun, Volume
3, Nomor 1, Halaman 74-78
Siaka.I.M., Sahara, dan Dharmayoga,
2015, Jurnal Kimia, Bioavailabilitas
dan Spesiasi Logam Berat Pb Dan Cd pada Tanah Pertanian Basah dan Kering di
Daerah Denpasar, Volume 9, Nomor 1, halaman 132-138
Sutrisno. W., dan
Listianti. D.,2014, Top Pocket Master
Book, Jakarta Selatan : PT Bintang Wahyu
Syarif Hamdani, dkk.
2012, Panduan Praktikum Kimia Analisis,
bandung : Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia.
Svehla,G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka.