PERKEMBANGAN ILMU KIMIA
Perkembangan ilmu
kimia tidak terlepas dari hasil dan cara-cara tradisional yang diperoleh
secara kebetulan atau trial and error oleh manusia di masa lampau, yang
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno. Maka dari
itu, perkembangan ilmu kimia memiliki dua landasan yang penting yaitu
aspek teoritis dan empiris.
Pada masa lampau manusia sering
mengaitkan gejala alam dengan kekuatan supranatural dalam menjelaskan
gejala alam, dikenal sebagai mitos. Hal ini disebabkan terbatasnya
pengetahuan manusia pada saat itu. Seperti di daerah Jawa Barat, karat
logam disebut “Tai-Hyang”, artinya kotoran dewa. Ungkapan ini boleh jadi
disebabkan logam sangat kuat dan banyak digunakan sebagai perkakas,
tapi tidak mampu menahan kekuatan dewa hingga logam dapat dirusak oleh
dewa menjadi kotoran.
Sejarah Perkembangan Ilmu Kimia
Dengan berkembangnya peradaban manusia,
filsuf Yunani kuno berusaha menerangkan gejala alam menggunakan landasan
logika, walaupun hanya berupa pemikiran logis yang tidak disertai
dengan keterampilan teknik. Hal itu dilakukan oleh Aristoteles dan
Plato, yang mengemukakan bahwa materi di alam terdiri dari empat unsur,
yaitu api, air, tanah dan udara. Gagasan ini dikembangkan lebih lanjut
dengan mengaitkan sifat-sifat materi seperti: panas, dingin, kering,
dan lembab terhadap unsur-unsur tadi. Filosof Yunani meyakini bahwa
materi dapat diubah menjadi materi lain dengan cara mengubah
sifat-sifatnya seperti api yang panas dapat diubah menjadi air yang
sifatnya dingin. Konsep empat unsur dan sifat-sifatnya bertahan sampai
ratusan tahun, hingga muncul apa yang dikenal dengan era alkimia.
Alkimia pertama kali berkembang di Mesir
kemudian menyebar ke Jazirah Arab dan Eropa Barat sejalan dengan
pengaruh peradaban Mesir terhadap kedua wilayah tersebut. Alkimia
memberikan banyak sumbangan terhadap perkembangan ilmu kimia modern,
terutama dalam penerapan landasan praktis dan teoritis dalam
pekerjaannya, walaupun konsep yang dihasilkan oleh pakar alkimia belum
berdasarkan pendekatan ilmiah. Salah satu sumbangan alkimia terhadap
perkembangan ilmi kimia adalah pemberian lambang zat-zat kimia yang
ditemukan waktu itu, tetapi sekarang tidak pernah digunakan lagi.
Perkembangan alkimia ke benua Eropa dan Asia sejalan dengan penyebaran
agama Islam. Banyak ilmuwan Inslam yang melahirkan teori-teori kimia,
tetapi sayang teori tersebut kurang bahkan tidak pernah dipublikasikan
mengingat berbagai aspek, khususnya kemanfaatannya bagi umat manusia dan
dampaknya terhadap lingkungan hidup seandainya teori itu dikembangkan
lebih lanjut. Beberapa ilmuwan Islam diantaranya Ibnu Sina dan Ibnu
Hayan. Pada saat era alkimia berkembang, di Eropa terkenal dengan
sebutan masa kegelapan (renaisance).
Peralihan dari alkimia ke kimia sebagai
ilmu pengetahuan alam modern terjadi pada abad XVI-XVII setelah para
ilmuwan Eropa mengembangkan teknik-teknik penelitian di laboratorium dan
mempublikasikannya. Setelah era peralihan itu, metoda eksperimen
menjadi landasan bagi perkembangan ilmu kimia. Serangkaian penemuan
ilmiah yang berhubungan dengan pembakaran dianggap sebagai titik awal
lahirnya kimia modern, sebab temuan-temuannya dilandasi dengan prinsip
dan teori yang dikembangkan oleh pakar alkimia dan dikaji melalui kajian
eksperimen menggunakan metoda ilmiah. Beberapa pakar kimia yang
dipandang mengawali perkembangan kimia modern diantaranya Joseph
Priestley (1733-1804), Antoine Lavoisier (1743-1794), dan John Dalton
(1766-1844).
Percobaan dengan pembakaran materi
dikaji secara ilmiah pertama kali oleh Priestley. Dari hasil pengukuran
diketahui bahwa apabilamateri dibakar akan kehilangan sesuatu yang
dinamakan zat berflogiston. Hal ini dilanjutkan oleh perbedaan massa
sebelum dan sesudah pembakaran. Namun teori flogiston dari Priestley
disanggah oleh Lavoisier. Menurut Lavoisier, selama pembakaran tidak
terjadi pengurangan maupun penambahan massa asalkan wajan untuk
pembakaran tertutup (tidak terjadi pertukaran materi dari dalam wajan
dan materi lingkungan sekitarnya). Kelemahan percobaan Priestley,
pembakaran dilakukan dalam wajan yang terbuka, yang memungkinkan
terjadinya pertukaran materi dengan lingkungan sekitarnya.
Saat ini banyak proses-prose kimia
diketahui memiliki dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, seperti
pembakaran minyak bumi menimbulkan pencemaran terhadap udara, karena gas
karbon dioksida yang dihasilkan bersama-sama dengan uap air di udara
menyebabkan panas di permukaan bumi meningkat (efek rumah kaca). Selain
itu dihasilkan gas karbon monoksida, yang pada batas tertentu dapat
menjadi racun bagi makhluk hidup. Penggunaan senyawa freon menimbulkan
bocornya lapisan ozon di atmosfir. Lapisan ozon ini merupakan tabir bagi
sinar ultra violet (UV) yang dipancarkan sinar matahari. Apabila
lapisan ozon di atmosfir menipis dapat dipastikan sinar UV akan menuju
bumi secara berlebihan, sehingga makhluk hidup di bumi akan tersengat
sinar UV. Hal ini menimbulkan berkembangnya penyakit kanker kulit.
Banyak lagi produk-produk kimia yang dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan. Terutama pencemaran yang ditimbulkan oleh industri,
pertambangan, bahan-bahan pestisida, pengawet, dan pewarna makanan,
serta produk kimia lainnya.
Perkembangan ilmu kimia terkini adalah
bagaimana mengmbangkan proses-proses kimia dan bahan yang bermanfaat
bagi umat manusia tetapi dampaknya terhadap pencemaran lingkungan dapat
diminimalkan, baik terhadap lingkungan perairan, lingkungan udara,
maupun lingkungan tanah. Kedua tujuan itu memerlukan pemahaman
konsep-konsep atau prinsip-prinsip kimia yang mantap dan mutakhir. Untuk
memperoleh pengetahuan kimia terkini diperlukan penelitian yang
berkesinambungan dan terpadu melalui pendekatan teoritis maupun praktis
menggunakan metoda-metoda ilmiah dan peralatan mutakhir, sehingga
dicapai konsep-konsep atau prinsip-prinsip kimia yang saksama dan
bermanfaat bagi umat manusia dan lingkungan.
Material yang sedang dikembangkan saat
ini diantaranya adalah polimer, keramik, komposit, dan kristal cair.
Bahan-bahan tersebut telah merasuk ke dalam kehidupan manusia, mulai
adri peralatan rumah tangga sampai alat pacu jantung. Polimer digunakan
mulai dari pembungkus makanan sampai organ tubuh buatan. Demikian juga
dengan keramik, mulai dari alat-alat adpur dan hiasan hingga alat pacu
jantung. Komposit banyak digunakan untuk kerangka pesawat terbang, sebab
sifatnya keras tetapi lentur, dengan massa jenis ringan. Kristal cair
digunakan untuk bahan-bahan elektronik.
Plastik adalah salah satu contoh polimer
sintetik tinggi yang banyak manfaatnya bagi manusia. Tetapi sangat
disayangkan, plastik perioda pertama yang diekmbangakan tidak ramah
lingkungan, sebab tidak dapat dirombak oleh bakteri. Oleh sebab itu,
saat ini sedang dikembangkan polimer yang biodegradable ( polimer yang
dapat dirombak secara biologi oleh bakteri yang terdapat di
lingkungan). Para pakar mulai berfikir ke arah pemanfaatan bahan baku
dari alam untuk membuat polimer sintetik tinggi, karena alam sendiri
telah menyediakan bahan-bahan yang bersifat polimer, seperti selulosa,
protein, karbohidrat, dan banyak lagi polimer alam lainnya.
Demikian tulisan mengenai perkembangan ilmu kimia.Semoga bermanfaat….
Sumber:
Sunarya,Y.(2003). Kimia Dasar 2. Alkemi Grafisindo Press: Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar